Suatu saat saya pernah ditanya oleh seorang kawan. “Ustadz, saya
ingin menikah tapi tabungan saya belum cukup dan banyak untuk
melangsungkan pernikahan”. Dan jawaban saya waktu itu adalah menyuruh
kawan saya ini untuk menabung hingga 3-5 tahun mendatang.
Tahun
terus berjalan, dan waktu itupun tiba. Maka kawan saya ini kembali
bertemu, lalu saya Tanya, “Apakah antum sudah siap melamarnya?” Kawan
saya ini menjawab, “Afwan ustadz, ternyata tabungan saya belum cukup”.
Lalu
sambil guyon, saya Tanya kawan saya ini. “Antum ini, mau nabung atau
mau nikah?” tanya saya. Ditanya seperti itu, kawan saya ini pun tersipu
malu dengan rona wajah yang merah menahan malu? “Yah, maunya sih nikah
donk ustadz. Masa nabung terus, nanti gak nikah-nikah,” jawabnya tersipu
malu.
Menikah bukan hanya dibayangkan saja,
tetapi pastinya akan terlintas dalam benak kita. Boleh saja kita
merencanakan hidup ini, memikirkan mimpi-mimpi indah. Nah, persiapan
menikah atau berkeluarga tidak hanya dimulai dari satu atau dua bulan
sebelum acara resepsi berlangsung. Akan tetapi harus dirancang
semaksimal dan sebaik mungkin.
Menikah adalah keputusan seumur
hidup. Maka, sekali saja salah langkah, arah dan jalan, maka hidup anda
akan berubah. Semakin dini persiapan kita, maka hal itu semakin bagus.
Bila bisa diibaratkan dengan pertandingan tinju, maka ada atau tidak ada
musuh anda harus melatih pukulan, jab, tangkisan, dan sebagainya.
Persiapan
yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan diri menerima orang lain,
menerima kekurangan dan kelebihan orang lain yang nantinya akan menjadi
pendamping kita. Ingat, calon pasangan kita nantinya adalah ‘mahkluk’
asing bagi anda, meskipun mungkin anda telah mengenalnya selama 10
tahun.
Pertama, dengan berkeluarga (baca;
menikah) segala kebiasan buruk dan baik kita akan terlihat, dan anda
akan tahu masa lalu pasangan, begitu pula sebaliknya dia akan tahun baik
dan buruknya kita. Dan yang pasti anda harus menerima itu. Ingat, hidup
pasangan anda tidak dimulai ketika dia bertemu anda. Banyak sisi gelap
yang akan tersingkap dan anda harus menerima itu dengan segala
konsekuensi yang ada.
Kedua, persiapan
ketrampilan. Banyak loh yang panik, hanya gara-gara daging yang dimasak
dan direbusnya selama 2 jam kok nggak empuk-empuk, atau bahkan bingung
caranya benerin kran bocor. Mungkin dalam benak anda, anda bisa bilang
ah…ntar aja deh, kan bisa sambil jalan betulinnya.
Padahal,
kran bocorrr harus bisa diperbaiki segera, jika tidak rumah anda akan
seperti kapal karam. Nah, mumpung belum punya rumah sendiri kenapa
enggak belajar?? Pokoknya belajar semua ketrampilan yang ada, termasuk
belajar menulis. Yang wanita bisa belajar manajemen, tata rias, atau
keterampilan lainnya, dan sebagainya. Dan setelah itu praktekkan
sekarang juga, sehingga nantinya anda sudah terbiasa. Ada yang bisa
nambah informasi atau wejangan. Semoga keputusan baik anda untuk
menikah, bisa menjadi pengalaman terbaik agar bisa membawa keluarga anda
menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah dan Warahmah.
Jika
di dunia ini ada surga, maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia.
Rasulullah SAW berkata ‘Baiti Jannati”, Rumahku Surgaku. Kebahagiaan
merupakan hal yang relatif. Tiap orang mempunyai ukuran berbeda-beda.
Namun kebahagiaan hakiki dapat kita peroleh hanya dengan mengikuti
petunjuk jalanNya.
Ingin memiliki rumah tangga
yang bisa kita jadikan surga kita didunia? Ikutilah petunjuk Rasulullah
SAW. “Lihat agamanya niscaya kalian akan mendapatkan semuanya”. Selamat
menikmati, bagi anda yang ingin menikah dan selamat berbahagia untuk
anda yang telah berkeluarga. (Sumber : http://www.dakwatuna.com)
Salam Sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar